Materi Strategi
Pembelajaran
I.
Strategi
Pembelajaran Konsep Dan Klasifikasi
1.
Pengertian
Strategi Pembelajaran
Dalam
dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang
rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, sedangkan
Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Gerlach dan Ely (1980)
menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk
menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu,
Kozna
(1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat diartikan
sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran
tertentu. Dick
dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh
komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang
atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran tertentu
Jadi Kesimpulan
yang bisa didapat dari pengertian Strategi Pembelajaran secara umum dan menurut
beberapa ahli yaitu, cara- cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih
kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran.
2.
Klasifikasi Strategi
Pembelajaran
Klasifikasi merupakan pengelompokan obyek ke dalam satu
atau beberapa kelompok berdasarkan variabel yang diamati. Strategi dapat
diklasifikasikan menjadi 5, yaitu
1) Strategi pembelajaran langsung
Pembelajaran langsung biasanya bersifat
deduktif. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan,
sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan,
proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan hubungan
interpersonal serta belajar kelompok.
2) Strategi
pembelajaran tak langsung
Strategi pembelajaran tak langsung sering
disebut inkuiri, induktif, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan
penemuan.
3) Strategi pembelajaran interaktif
Pembelajaran interaktif menekankan pada
diskusi dan sharing di antara peserta didik. Kelebihan strategi ini
antara lain:
1.
Peserta didik dapat belajar dari temannya dan guru
untuk membangun keterampilan sosial dan kemampuan-kemampuan
2.
Mengorganisasikan pemikiran dan membangun argumen yang
rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk menjangkau
kelompokkelompok dan metode-metode interaktif.
Kekurangan dari strategi ini sangat
bergantung pada kecakapan guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika
kelompok.
4) Strategi pembelajaran empirik (experiential)
Pembelajaran empirik berorientasi pada
kegiatan induktif, berpusat pada peserta didik, dan berbasis aktivitas.
Kelebihan dari startegi ini antara lain:
a.
Meningkatkan partisipasi peserta didik.
b.
Meningkatkan sifat kritis peserta didik.
c.
Meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan
pembelajaran pada situasi yang lain.
Sedangkan kekurangan dari strategi ini
adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang
mahal, dan memerlukan waktu yang panjang.
5)
Strategi pembelajaran mandiri
Belajar mandiri merupakan strategi
pembelajaran yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian,
dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar mandiri oleh
peserta didik dengan bantuan guru. Kelebihan dari pembelajaran ini adalah
membentuk peserta didik yang mandiri dan bertanggungg jawab. Sedangkan
kekurangannya adalah peserta yang belum dewasa, sehingga sulit menggunakan
pembelajaran mandiri.
3.
Konsep
Strategi Pembelajaran
A. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Learning)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Learning) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan
antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan
sehari-hari. Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang harus
diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu
1. Pembelajaran
harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik
2. Pembelajaran
dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari
umum ke khusus)
3. Pembelajaran
harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara,
(b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain,
dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.
4. Pembelajaran ditekankan
pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.
5. Adanya refleksi
terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.
B.
Bermain Peran (Role
Playing)
Bermain peran merupakan salah satu
model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang
berkaitan dengan hubungan antar manusia (interpersonal relationship),
terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Shaftel dan Shaftel, E.
Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : (1)
menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, (2) memilih peran, (3)
menyusun tahap-tahap peran, (4) menyiapkan pengamat, (5) menyiapkan pengamat,
(6) tahap pemeranan, (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap
I , (8) pemeranan ulang, (9) diskusi dan evaluasi tahap II, dan (10) membagi
pengalaman dan pengambilan keputusan.
C.
Pembelajaran Partisipatif
(Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative
Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan
peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Knowles,
(E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1)
adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan
peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam
kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
D.
Belajar Tuntas (Mastery
Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di
dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan
memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Belajar
tuntas terjadi jika hasil evaluasi yang digunakan untuk menentukan dimana dan
dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai
tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan ,dan menguasai
bahan belajar secara maksimal.
E.
Pembelajaran dengan Modul (Modular
Instruction)
Modul adalah suatu proses
pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara
sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik,
disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pembelajaran dengan
sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Setiap modul
harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang
harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa
yang harus digunakan.
2. Modul merupakan
pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin
karakteristik peserta didik.
3. Pengalaman
belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik
untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar,
modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan
berdiskusi.
4. Materi
pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik
dapat mengetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak
menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.
5. Setiap modul
memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik,
terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan
belajar.
F.
Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan
kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi
siswa, yaitu (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan
permisif yang mengundang siswa berdiskusi, (2) berfokus pada hipotesis yang
perlu diuji kebenarannya, dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di
dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta,
sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.
Proses inkuiri dilakukan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut ; 1). Merumuskan
masalah, 2). Mengembangkan
hipotesis, 3). Menguji jawaban
tentative, 4). Menarik kesimpulan, dan 5). Menerapkan kesimpulan dan generalisasi.
II.
Pendekatan CBSA dan Ketrampilan
Proses Strategi Implementasi Dalam Pembelajaran
1.
Konsep
CBSA dalam pembelajaran.
A. Pengertian Cara
Belajar Siswa Aktif (CBSA)
CBSA adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang
menitik beratkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan
belajar. Dalam CBSA, kegiatan belajar diwujudkan dalam berbagai
bentuk kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis
laporan, memecahkan masalah, memberikan prakarsa/gagasan, menyusun rencana, dan
sebagainya.
Pendekatan CBSA dinilai sebagai suatu sistem belajar
mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan
emosional guna memperole hasil belajar yang bempa perpaduan antara matra
kognitif, afekisi. dan psikomotorik, (A. Yasin, 1984,h.24).
terima kasih udah posting tentang artikel atau makalah ini... terima kasih sekali lagi,, semoga ilmu anda lebih bermanfaat...
BalasHapus