2.1.
Hakikat Belajar
dan Pembelajaran
A
Hakikat Belajar
Belajar, pada
hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan
dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar merupakan proses
manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap.
Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
Kemampuan manusia untuk
belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk
hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi
masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus akan memberikan
kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat,
belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan
dari generasi ke generasi ( Bell-Gredler, 1986).
Pengertian belajar itu
cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja. Bahwa
belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini,
usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai
sebelumnya.
Dengan demikian,
belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan,
sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si
pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungannya
B
Hakikat
Pembelajaran
Secara umum istilah
belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan
tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga
tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).
Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara
bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana
belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses
belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan
mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).
Berangkat dari
pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan
hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya
adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan
bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34).
Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih
ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat
menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat
dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik
ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan.
Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya
kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini
sama halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak
merasakan perubahan di dalam dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).
Pembelajaran pada
hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha
sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator
yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik.
2.2.
Pengertian
Belajar dan Pembelajaran
A
Pengertian
Belajar
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar
memiliki arti “berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar
adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha
untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.
Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat
melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002).
Menurut Sudjana (1989), “Belajar
juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu”. Witherington
(1952) menyebutkan bahwa “Belajar
merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu
pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau
pemahaman”. Moh. Surya (1997) menyebutkan bahwa “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses
yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya”.
Crow & Crow
(1958) menyebutkan bahwa “Belajar
adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
Hilgard (1962) menyebutkan bahwa “Belajar
adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena
adanya respons terhadap sesuatu situasi”. Di Vesta dan Thompson (1970) menyebutkan
bahwa “Belajar adalah perubahan perilaku
yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”. Gage & Berliner menyebutkan
bahwa “Belajar adalah suatu proses
perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian belajar yaitu
belajar suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga
akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat
relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar
ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya.
Menurut Gagne dan Briggs (1988), perubahan tingkah laku dalam proses belajar
menghasilkan aspek perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit,
konsep terdefinisi, nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap, dan keterampilan motorik.
Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada
situasi di mana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau
apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu
kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Proses penyesuain diri mengatasi rintangan
terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa yang
dilakukan. Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku
yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan.
Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang
berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur hidup yang
didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan yang
lainnya dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan.
Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai
sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya
kegiatan belajar.
B
Pengertian
Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif
permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran dalam dunia
pendidikan merupakan proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran
ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar
saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan
peserta didik.
Pembelajaran (instruction)
merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching)
dan konsep belajar (learning).
Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan
aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem.
sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta
didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat
atau media yang harus dipersiapkan. Davis (l974), mengungkapkan bahwa learning
system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar,
fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi
perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan sedangkan dalam system teaching sistem,
komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta
penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk
mencapai tujuan.
2.3.
Tujuan Belajar
dan Pembelajaran
A
Tujuan Belajar
Tujuan
belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah
melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan
sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar
adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh
siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Tujuan
belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran. Tujuan
pembelajaran (instructional goals) dan tujuan belajar (learning objectives)
berbeda, namun berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya.
Komponen
Tujuan Belajar
Tujuan belajar terdiri
dan tiga komponen, ialah : (1). Tingkah laku terminal, (2). Kondisi-kondisi
tes, (3). Standar (ukuran) perilaku.
Tingkah
laku terminal. Tingkah laku terminal adalah komponen
tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar. Tingkah laku
itu merupakan bagian dari tujuan yang menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam
belajar, apa yang dapat dikerjakan/dilakukan oleh siswa untuk menunjukkan
bahwa dia telah mencapai tujuan. Tingkah laku ini dapat diterima sebagai bukti,
bahwa siswa telah belajar. Tingkah laku (behavior) adalah perilaku
(performance) yang dapat diamati atau direkam.
Tingkah laku terminal
harus dirumuskan dengan menggunakan kata kerja, misalnya memilih, mengukur yang
menunjukkan suatu tindakan yang dapat diamati dan dicatat. Dengan menggunakan
kata kerja itu, guru dapat mengkomunikasikan hal-hal yang diharapkan dilakukan
oleh siswa. Namun ada juga kata kerja yang dinilai kurang bermakna karena
samar-samar, misalnya : memahami, menghargai, mengetahui, dan sebagainya. Penggunaan kata kerja yang samar-samar
sebagaimana sering dirumuskan dalam tujuan pembelajaran ternyata sulit diukur
dan diamati. Karena itu, tujuan-tujuan hendaknya dirumuskan dalam bentuk tujuan
tingkah laku (behavioral objectives) supaya dapat diamati dan diukur tingkat
ketercapaiannya.
Kondisi-kondisi
Tes.
Komponen kondisi tes tujuan belajar menentukan situasi di mana siswa dituntut
untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. Kondisi-kondisi tersebut perlu
disiapkan oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ujian yang diberikan oleh
guru tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya.
Peristiwa ini terjadi karena kelalaian guru yang tidak memiliki konsep yang
jelas tentang cara menilai hasil belajar siswa sebelum dia melaksanakan
pembelajaran.
Ada tiga jenis kondisi
yang dapat mempengaruhi perilaku pada suatu tes. Pertama, alat dan sumber yang
harus digunakan oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri untuk menempuh suatu
tes, misalnya : buku sumber, diktat, dan sebagainya. Kedua, tantangan yang
disediakan terhadap siswa, misalnya pembatasan waktu untuk mengerjakan tes.
Ketiga, cara menyajikan informasi, misalnya : dengan tulisan atau dengan
rekaman, dan sebagainya. Tujan-tujuan belajar yang lengkap seharusnya memuat
kondisi-kondisi di mana perilaku akan diuji.
Ukuran-ukuran Perilaku. Komponen ini merupakan suatu pernyataan
tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku
siswa. Suatu ukuran menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima
sebagai bukti, bahwa siswa telah mencapai tujuan, misalnya : siswa telah dapat
memecahkan suatu masalah dalam waktu 10 menit, siswa dapat melakukan prosedur
kerja tertentu, dan sebagainya. Ukuran perilaku tersebut merupakan kriteria
untuk mempertimbangkan keberhasilan pada tingkah laku terminal.
Ukuran-ukuran perilaku tersebut
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang
tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau kedapatan
melakukan tindakan, atau kesesuaiannya dengan teori tertentu.
B
Tujuan
Pembelajaran
Dalam tujuan pembelajaran yang menjadi kunci dalam rangka
menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru
itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak
dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata ajaran yang ada
dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang
diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia
harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat
diukur.
Tujuan (goals)
adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Di
dalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan
pilar untuk menyediakan pengalaman-pengalaman belajar.
Tujuan-tujuan tersebut berguna untuk
merancang keseluruhan tujuan program pembelajaran, tetapi kurang spesifik dalam
upaya pelaksanaan urutan pembelajaran, karena tujuan yang dibutuhkan adalah
yang jelas dan dapat diukur.
Untuk merumuskan tujuan pembelajaran
kita harus mengambil suatu rumusan tujuan dan menentukan tingkah laku siswa
yang spesifik yang mengacu ke tujuan tersebut. Tingkah laku yang spesifik harus
dapat diamati oleh guru yang ditunjukkan oleh siswa, misalnya membaca lisan,
menulis karangan, untuk mengoperasionalisasikan tujuan suatu tingkah laku harus didefinisikan di mana guru
dapat mengamati dan menentukan kemajuan siswa sehubungan dengan tujuan
tersebut.
Suatu tujuan pembelajaran pada dasarnya memenuhi kriteria
sebagai berikut :
a.
Tujuan itu
menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam situasi bermain
peran.
b.
Tujuan mendefinisikan
tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.
c.
Tujuan menyatakan
tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.
Tujuan Sebagai Instrumen Pengukuran
Mager,
merumuskan konsep tujuan pembelajaran yang menitikberatkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan (performance) sebagai output
(keluaran) pada diri siswa, yang dapat diamati. Output tersebut menjadi petunjuk, bahwa siswa telah melakukan
kegiatan belajar. Pada mulanya siswa tidak dapat menunjukkan tingkah laku
tertentu, setelah belajar dia dapat melakukan tingkah laku tersebut. Ini
berarti, siswa telah belajar. Dengan kata lain, proses pembelajaran memberikan
dampak tertentu pada tingkah laku siswa.
Tingkah laku
yang dipertunjukkan akan sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan dengan diperlukannya
dasar pertimbangan berupa seperangkat ukuran (standar) atau kriteria. Berdasarkan ukuran/kriteria itu dapat
dibandingkan antara tingkah laku senyatanya dengan tingkah laku yang diharapkan
(yang telah dirumuskan dalam bentuk tujuan tingkah laku). Jika siswa tidak
menunjukkan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan tersebut, berarti siswa
tidak melakukan perbuatan belajar, atau perbuatan belajamya kurang berhasil.
Tujuan merupakan
dasar untuk mengukur hasil pembelajaran, dan juga menjadi landasan untuk menentukan
isi pelajaran dan metode mengajar. Berdasarkan isi dan metode itu selanjutnya
ditentukan kondisi-kondisi kegiatan pembelajaran yang terkait dengan tujuan
tingkah laku tersebut, yang disebut sebagai kondisi internal. Kegiatan-kegiatan
yang tidak terkait dengan tujuan tingkah laku disebut kondisi luar. Berdasarkan pemikiran ini, maka dianggap perlu
menentukan kondisi-kondisi eksternal yang berguna untuk meyakinkan bahwa
perilaku yang diperoleh benar-benar disebabkan oleh kegiatan belajar, bukan
karena sebab-sebab lainnya.
Tujuan merupakan
tolak ukur terhadap keberhasilan pembelajaran. Karena itu perlu disusun suatu
deskripsi tentang cara mengukur tingkah laku. Deskripsi itu disusun dalam
bentuk deskripsi pengukuran tingkah laku yang dapat diukur, atau tingkah laku
yang tidak dapat diamati secara langsung.
C
Pentingnya
Tujuan Belajar dan Pembelajaran
Tujuan penting
dalam rangka sistem pembelajaran, yakni merupakan suatu komponen sistem
pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif.
Secara khusus, kepentingan itu terletak pada:
a.
Untuk menilai
hasil pembelajaran. Pengajaran dianggap berhasil jika siswa mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Ketercapaian tujuan oleh siswa menjadi indikator
keberhasilan sistem pembelajaran.
b.
Untuk membimbing
siswa belajar. Tujuan-tujuan yang dirumuskan secara tepat berdayaguna sebagai
acuan, arahan, pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam
hubungan ini, guru dapat merancang tindakan-tindakan tertentu untuk mengarahkan
kegiatan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut.
c.
Untuk merancang
sistem pembelajaran. Tujuan-tujuan itu menjadi dasar dan kriteria dalam upaya
guru memilih materi pelajaran, menentukan kegiatan belajar mengajar, memilih
alat dan sumber, serta merancang prosedur penilaian.
d.
Untuk melakukan
komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan proses pembelajaran.
Berdasarkan tujuan-tujuan itu terjadi
komunikasi antara guru-guru mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan bersama
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut.
e.
Untuk melakukan
kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran. Dengan
tujuan-tujuan itu, guru dapat mengontrol hingga mana pembelajaran telah
terlaksana, dan hingga mana siswa telah mencapai hal-hal yang diharapkan.
Berdasarkan hasil kontrol itu dapat dilakukan upaya pemecahan kesulitan dan
mengatasi masalah-masalah yang timbul sepanjang proses pembelajaran
berlangsung.
2.4.
Pendekatan Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar kita
mengenai istilah pendekatan mengajar, yang berarti pola atau dasar berpikir
dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang
telahditetapkan (Undang, dkk, 1996 : 16).
Pendekatan pembelajaran merupakan
kerangka dasar dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga dari pendekatan ini
kita bisa menentukan strategi dan metode yang akan digunakan dalam proses
belajar mengajar.
Beberapa pendekatan pembelajaran yang
akan diuraikan adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran
Konstektual
Pembelajaran
konstektual (contextual teaching and learning /CTL), merupakan system
pendekatan pembelajaran yang bersifat holistic (menyeluruh), pembelajaran ini
terdiri atas komponen yang saling terkait. Dalam pembelajaran ini minimal ada
tiga prinsip, yaitu saling ketergantungan, dipersiasi dan pengorganisasian
diri.
Pembelajaran
"diatur oleh siswa sendiri dan pembelajaran kerja sama". Tugas guru
adalah menyaiapkan jenis dan bentuk tugas yang akan dikerjakan siswa, yang
sesuai dengan minat, kebutuhan, kemampuan siswa. Peran guru di sini sebagai
ekspert (ahli) dan mentor. Guru sebagai ekspert karena mengusai materi dan
proses pembelajaran secara professional. Dia juga mentor karena dengan
pengalaman dan wawasannya yang luas mampu mengerti kebutuhan dan minat, serta
kesulitan yang dihadapi siswa. (Sukmadinata, 2004, 176).
2. Pembelajaran
Mencari dan Bermakna
Ausubel
dan Robinson (dim Sukmadinata, 2004: 189), mengembangkan pendekatan
pembelajaran yang bertolak dari dua kontinum yang bersilangan, yaitu belajar
mencari (discovery learning), belajar menerima (reception learning), belajar
bermakna (meaning ful learning), dan belajar menghapal (rote learning).
Belajar
bermakna adalah belajar yang menekankan arti atau makna dari bahan atau
kegiatan yang diberikan bagi kepentingan siswa. Belajar mencari adalah belajar
yang menekankan aktivitas suatu proses berpikir. Belajar menerima adalah
kegiatan belajar yang bersifat mengikutin jalan pikiran orang lain. Belajar
menghafal adalah belajar menerima tanpa atau kurang memperhatikan arti atau
makna dari sesuatu yang dipelajari.
Kuadran
I adalah belajar bermakna dan mencari, Kuadran II belajar mencari dan
menghafal, kuadran III belajar menghafal dan menerima, dan kuadran IV belajar
dari keempat kuadran ini, model belajar yang palin efektif adalah belajar yang
menekankan makna dan mengaktifkan siswa (Mencari - Menerima).
3. Pembelajaran
Berbasis Pengalaman
Pembelajaran
berbasis pengalaman merupakan suatu proses belajar mengajar yang berfokus atau
menekankan pengalaman siswa, baik pengalaman intelektual, emosional, sosial,
maupun fisik-motorik. Pembelajaran ini sesungguhnya hanya melanjutkan dan
memformalkan proses kehidupan. Pengalaman-pengalaman hidup siswa tersebut
sengaja dibuat dan diciptakan sehingga menjadi terencana, lebih sistematis,
disadari, diarahkan, dan terbimbing.
4. Pembelajaran
Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif (kerjasama) merupakan model pembelajaran yang bertolak dari sifat
dasar manusia mahluk sosial, dan diarahkan pada pada pengembangan kemampuan
siswa dalam realisasi sifat dasar tersebut. Model-model dalam pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran peningkatn prestasi tim, pembelajaran
permainan tim, dan pembelajaran keahliantim (Sukmadinata, 2004: 204).
5. Pembelajaran
Terpadu
Pembelajaran
terpadu merupkan suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran (Sukmadinata,
2004 : 197). Bahan ajaran ini disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam
bentuk tema-tema pembelajaran. Keterpaduan bahan ajaran berbeda-beda, mulai
dari hubungan terbatas ,hubungan luas, sampai dengan keterpaduan penuh. Tema
yang diberikan bisa satu mata pelajaran, gak luas, yaitu tema yang mencakup
beberapa mata pelajaran, atau sangat luas yang mencakup semua mata pelajaran.
Melalui
pendekatan pembelajaran terpadu ini diharapkan siswa akan memperoleh
pengetahuan dan keterampilan secara utuh dan pembelajaran menjadi bermakna.
Bermakna dalam arti siswa dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari
melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep. Siswa
aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran untukpembutan keputusan, karena
pengalaman belajar siswa menempati posisi penting
0 komentar:
Tell us what you're thinking... !