Dalam agama
Hindu, banyak ditemukan istilah yang menunjuk pada pengertian pemimpin. Ajaran
atau konsep kepemimpinan (leadership)
dalam Hindu dikenal dengan istilah Adhipatyam atau Nayakatvam. Kata
“Adhipatyam” berasal dari “Adhipati” yang berarti “raja tertinggi” (Wojowasito,
1977:5 dalam Romonadha). Sedangkan “Nayakatvam” dari kata “Nayaka” yang berarti
“pemimpin, terutama, tertua, kepala” (Wojowasito, 1977:177 dalam Romonadha).
Asal-usul
seorang pemimpin sebenarnya telah ditegaskan dalam kitab suci Veda (Yajurveda
XX.9) sebagaimana telah disebutkan di muka, yang secara jelas menyatakan bahwa
seorang pemimpin berasal dari warga negara atau rakyat. Tentunya yang
dimaksudkan oleh kitab suci ini adalah benar-benar memiliki kualifikasi atau
kemampuan seseorang. Hal ini adalah sejalan dengan bakat dan kemampuan atau
profesi seseorang yang dalam bahasa Sanskerta disebut dengan Varna. kata Varna
dari urat kata “Vr” yang artinya pilihan bakat dari seseorang (Titib, 1995:10
dalam Romonadha).
Sementara itu
kata “pemimpin” mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kata “kepemimpinan”.
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki dari seorang pemimpin. Dengan kata
lain, kepemimpinan juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memimbing dan
menuntun seseorang. Menurut William H.Newman (1968) kepemimpinan adalah
kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku
manusia baik perorangan maupun kelompok. Bahasan mengenai pemimpin dan
kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik,
gaya dan sifat yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang
perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik.
George Terry,
dalam bukunya Principles of Management
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah keseluruhan aktivitas/ tindakan untuk mempengaruhi
serta menggiatkan orang dalam usaha bersama untuk mencapai tujuan. Seorang
pemimpin dalam kepemimpinannya dinyatakan berfungsi untuk menggiatkan atau
menggerakkan bawahannya. Fungsi menggerakkan adalah fungsi pembimbingan atau
pemberian pemimpin serta menggerakkan orang-orang atau kelompok agar suka dan
mau bekerja.
2.2. Tipe-Tipe
Kepemimpinan
Bagaimana kita
dapat mengatakan bahwa seorang pemimpin itu baik atau buruk pekerjaan yang
tidak mudah. Banyak upaya yang dapat kita lakukan, dan banyak pula jalan yang
harus dilalui. Kitab Kekawin Nitisastra menyebutkan sebagaimana tersurat.
“Ring jadmadhika meta cittaseping sarwa
pingenaka, ring sri madhya manohara priya wuwustangde manah kung lulut, yang
ring madhyani sang pandita mucap tattwopadeca prihen, yang ring madhyanikung
musuh mucapakaen wak cura singhakerti”
(Kekawin Nitisastra I.4)
Artinya : Orang yang terkemuka harus bisa mengambil
hati dan menyenangkan hati orang ; jika berkumpul dengan wanita, harus dapat
mempergunakan perkataan-perkataan manis yang menimbulkan rasa cinta birahi,
jika berkumpul dengan pendeta, harus dapat membicarakan pelajaran-pelajaran
yang baik, jika berhadapan dengan musuh, harus dapat mengucapkan kata-kata yang
menunjukkan keberaniaanya seperti seekor singa.
Demikian Nitisastra
menggambarkan bagaimana seharusnya seorang pemimpin di dalam memimpin
masyarakatnya, mampu berpenampilan dengan berbagai macam sifat, sikap, dan
upaya. Dengan demikian masyarakat yang dipimpinnya menjadi senang dan sang
pemimpin merasa bahagia. Dr. Kartini Kartono, dalam bukunya “Pemimpin dan
Kepemimpinan” menyebutkan beberapa tipe-tipe kepemimpinan, antara lain sebagai
berikut:
1) Tipe
Karismatik
Tipe
kepeminpinan ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan karisma yang luar
biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia memiliki pengikut yang sangat
besar jumlah dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Contoh pemimpin yang
memiliki tipe karismatik yaitu, Jhon F. Kennedy, IR. Soekarno.
2) Tipe
Paternalistis
Tipe
parternalistis adalah kepemimpinan yang kebapakan. Dengan sifat-sifat antara
lain sebagai berikut :
a. Dia
mengganggap bawahannya sebagai manusia yang belum dewasa, atau anak sendiri
yang perlu dikembangkan.
b. Dia
bersikap terlalu melindungi
c. Jarang
memberikan kesempatan kepada bawahanya untuk mengambil keputusan sendiri.
d. Dia
hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahanya untuk berinisiatif
e. Tidak
memberikan kesempatan kepada bawahanya untuk mengembangkan imajinasi dan daya
kreativitas mereka sendiri
f. Selalu
bersikap maha tahu dan maha besar
3) Tipe
Militeristis
Tipe ini
sifatnya seperti kemiliter-militeran. Namun hanya tampak dari luar. Adapun
sifat pemimpin militeristis adalah sebagai berikut :
a. Lebih
banyak menggunkan sistem perintah atau komando terhadap bawahanya, keras,
sangat otoriter, kaku dan sering kali kurang bijaksana.
b. Menghendaki
keputusan ynag mutlak dari bawahanya
c. Sangat
menyenangi formalitas, serta tanda-tanda kebesaran ynag berlebihan
d. Menuntut
adanya disiplin keras
e. Tidak
menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritik-kritik dari bawahanya
4) Tipe
Otokratis
Tipe
kepemimpinan ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus
dipatuhi. Sikap dan prinsip dari pemimpin ini sangat konservatif, kuno, ketat
dan kaku. Pemimpin otokratis itu senantiasa ingin berkuasa absolut, tunggal,
dan merajai keadaan.
5) Tipe
Laissez Faire
Pada tipe
kepemimpinan ini, seorang pemimpin praktis tidak memimpin. Dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun
dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dilakukan oleh bawahannya sendiri.
Pemimpin yang seperti ini tidak mempunyai kewibawaan, dan tidak bisa mengontrol
anak buahnya.
6) Tipe
Populistis
Prof. Peter
Worsley dalam bukunya : TheThird World, mendefinisikan kepemimpinan populistis
sebagai kepemimpinan yang dapat membangunkan solidaritas masyarakat, misalnya
Ir. Soekarno dengan ideologi marhaenismenya yang menekankan masalah kesatuan
nasional, nasionalisme, dan sikap yang berhati-hati terhadap kolonialisme dan
penindasan-pengisapan serta penguasaan oleh kekuatan –kekuatan asing.
7) Tipe
Administratif atau Eksekutif
Kepemimpinan
tipe ini ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administratif
secra efektif. Sedangkan para pemimpinya terdiri dari teknorat dan
administratur yang mapu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Dengan
demikian dapat dibangun sistem administrasi dan birokrasi yang efisien untuk
memerintah, yaitu untuk memantapkan integrasi bangsa pada khususnya dan usaha
pembangunan pada umunya.
8) Tipe
Demokrasi
Kepemimpinan ini
pada umunya berorientasi pada manusia, dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Kepemimpinan ini menghargai potensi setiap individu,
mau mendengarkan nasehat serta sugesti dari bawahanya.
2.3. Kelebihan
dan Kekurangan di antara Tipe Kepemimpinan
Seseorang
dilahirkan menjadi manusia hendaknya dapat mensyukuri hidup ini, karena untuk
dapat lahir menjadi manusia tidaklah mudah. Apapun yang terjadi, manusia
hendaknya tetap selalu bersyukur, karena semuanya itu adalah rahmat dan anugrah
Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Manusia sebagai sosok pemimpin tentu juga demikian
adanya. Pada uraian sebelumnya telah disebutkan beberapa tipe kepemimpinan.
Dari berbagai
tipe tersebut masing-masing tentu memiliki kelebihan serta kekurangan, hal ini
dikarenakan pemimpin juga manusia yang secara alami dilahirkan dengan kelebihan
dan kekuranganya. Berikut merupakan kelebihan dan kekurangan masing-masing tipe
kepemimpinan.
1) Tipe
Kepemimpinan Karismatik
Kelebihan tipe
ini adalah memiliki daya pengaruh yang tinggi dan kuat. Dengan demikian maka
secara mudah dapat memimpin masyarakat yang dipimpinnya. Sedangkan kekuranganya
adalah masyarakat yang dipimpinnya tidak memiliki keberanian untuk mengontrol
kekurangan dari pemimpinnya, sehingga akan muncul kesewenang-wenangan tertentu
dari para pemimpinnya.
2) Tipe
Kepemimpinan Paternalistik
Kelebihan tipe
ini adalah para pemimpinnya memiliki rasa tanggung jawab secara penuh dan
mandiri dengan kepemimpinannya. Sedangkan kekurangannya adalah masyarakat yang
dipimpinnya sulit untuk dapat bertanggung jawab, karena selalu didikte dan
mendapat perlindungan dari para pemimpinnya.
3) Tipe
Kepemimpinan Militeristik
Kelibihan tipe
kepemimpinan ini adalah masyarakat atau bawahan yang dipimpin akan selalu
merasa aman dalam melakasanakan aktivitasnya, karena dapat terhindar dari
kekacauan. Sedangkan kekuranganya adalah masyarakat atau bawahannya yang
dipimpin merasa kurang bebas untuk mengembangkan dirinya, karena segala sesuatu
yang dikerjakan akan dikerjakan setelah mendapatkan perintah dari pemimpinnya.
4) Tipe
Kepemimpinan Otokrasi
Kelebihan tipe
kepemimpinan ini adalah para pemipin dengan mudah dapat melaksanakan sistem
pemerintahan, karena kebijakan yang dibuat tanpa campur tangan masyarakat yang
dipimpinnya. Sedangkan kekurangannya adalah bawahan atau masyarakat yang
dipimpin menjadi merasa tertekan, hal ini terjadi akibat kesewenang-wenangan
pemimpin.
5) Tipe
Kepemimpinan Lassez Faire
Kelebihan tipe
kepemimpinan ini adalah para pemimpinnya dengan mudah dapat menjadi pemimpin.
Hal ini terjadi disebabkan adanya unsur kedekatan yang sangat pribadi di antara
para pemimpin dengan bawahannya. Sedangkan kelemahannya adalah masyarakat yang
dipimpin akan menjadi bodoh, miskin, dan melarat. Hal ini diakibatkan oleh para
pemimpin yang tidak memiliki keahlian sebagai pemimpin.
6) Tipe
Kepemimpinan Populistik
Kelebihan tipe
kepemimpinan ini adalah para pemimpinnya dapat dengan mudah membangkitkan rasa
nasionalisme dari masyarakat yang dipimpinnya. Sedangkan kekurangannya adalah
para pemimpin dari negara lain tidak memberikan simpati terhadap negara yang
dipimpinnya. Kemajuan umum dari negara yang dipimpinnya akan sulit terwujud,
sebagai akaibat dari tidak adanya hubungan dan bantuan dari negara lain. Dengan
demikian akhirnya masyarakat menjadi tertinggal dari negara maju lainnya.
7) Tipe
Kepemimpinan Administratif atau Eksekutif
Kelebihan tipe
kepemimpinan ini adalah administrasi bangsa dan negara yang dipimpinnya menjadi
teratur dan utuh. Kekuranganya adalah sering terjadi prilaku masyarakat yang
menyimpang dari yang diharapkan. Karena masyarakat yang dipimpinnya hanya
memacu diri semata-mata untuk melengkapi administrasi yang diharapkan.
8) Tipe
Kepemimpinan Demokratik
Kelebihan tipe
kepemimpinan ini adalah para pemimpin dari masyarakat dan negara yang
bersangkutan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
ikut menentukan nasib bangsa dan negaranya sendiri. Sedangkan kekuranganya
adalah kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan dari masyarakat tersebut sering
kurang terkontrol secara akal sehat. Hal ini terjadi sebagai akibat rasa
egoisme kebanyakan massa yang dimilikinya dan akhirnya sering pula terjadi
kebrutalan massa.
2.4. Kepemimpinan
yang Ideal
Pemimpin adalah
pribadi yang memilki keterampilan teknis, khususnya dalam suatu bidang
tertentu, sehingga mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan
aktivitas demi tercapainya satu atau beberapa tujuan organisasi. Kita mengenal
beberapa macam teori tentang kepemimpinan, diantaranya dapat disebutkan seperti
dibawah ini.
1. Teori
Pembawaan Kelahiran
Teori ini
biasanya dianut dan hidup di kalangan kaum bangsawan. Seperti contohnya di
Yogyakarta, yang dapat memangku jabatan sebagai Sultan atau Kepala Daerah
Istimewa Yogyakarta hanyalah dari keturunan Sultan Yogya saja. Di antara
golongan ynag mempunyai “Vested interest” mengatakan, bahwa seorang ayah dapat
menjadi pemimpin, maka anaknya juga menjadi pemimpin. Bila orang tua dahulu
tidak menjadi pemimpin, maka orang tersebut dipandang tidak cakap menjadi
pemimpin. Dalam dunia demokrasi seperti sekarang ini kebiasaan seperti tersebut
tidak dapat diterima sepenuhnya.
2. Teori
Sosial
Teori ini
menyatakan, bahwa pada hakikatnya semua memilki kedudukan sederajat. Di antara
mereka berhak menjadi pemimpin. Setiap orang mempunyai bakat untuk menjadi
pemimpin, selanjutnya semua tergantung pada kesempatan yang ada. Jadi setiap
orang dapat dididik, serta dipupuk untuk menjadi pemimpin. Pada hakikatnya
setiap orang dapat menjadi pemimpin. Kalau tidak menjadi kepala negara, orang
dapat menjadi kepala biro, kepala bagian, kepala seksi, dan bahkan
sekurang-kurangnya menjadi kepala keluarga. Kepala keluarga untuk di Indonesia
merupakan basis pemimpin-pemimpin negara. Keluarga membentuk masyarakat, dan
masyarakat dapat membentuk suatu negara.
Banyak aspek
dalam kehidupan ini dapat mengantarkan seseorang berhasil menjadi pemimpin.
Diantara aspek-aspek tersebut dapat disebutkan seperti di bawah ini.
1) Aspek
Internal
Aspek ini
identik dengan ketata lembagaan, artinya seorang pemimpin harus lebih banyak
memberikan perhatian tentang bagaiman keadaan organisasi, geraknya, keadaanya,
perkembanganya, tuntunannya serta tujuan organisasi tersebut. Dalam hal ini
pemimpin harus memahami hal-hal sebagai berikut :
a. Pandanagn
pemimpin terhadap organisasi harus menyeluruh.
b. Seorang
pemimpin harus cepat, tepat dan tegas dalam mengambil keputusan.
c. Harus
pandai mendelegasikan wewenang kepada bawahan.
d. Harus
cakap/dapat memperoleh dukungan para bawahan.
2) Aspek
eksternal/ Aspek Politik
Seorang pemimpin
harus melihat perkembangan situasi masyarakat yang ada di luar lingkungan
organisasinya. Apakah masyarakat merasa senang, tenang atau tidak, merasa
dirugikan atau tidak. Semuanya itu harus menjadi perhatian para pemimpin.
Pemimpi yang ideal dan yang diharapkan oleh masyarakat adalah para pemimpin
yang mampu dan mau mendahulukan tugas (kewajiban) daripada wewenang (hak)
sebagai pemimpin. Seorang pemimpin agama seperti ‘Maha Rsi Wyasa’ dipandang
memilki sifat-sifat unggul yang dibawa sejak lahir.
2.5. Pemimpin
dan Nitisastra
1) Sad
Upaya Guna
Lontar Raja Pati
Gondala menjelaskan bahwa seorang pemimpin hendaknya bersifat penuh sahabat.
Hal ini dikenal dengan istilah “ Upaya Guna” . Ada 6 sifat bersahabat bagi
seorang pemimpin yang disebut Sad Upay Guna, yang terdiri dari berikut ini.
a. Siddhi,
artinya kemampuan untuk mengadakan sahabat.
b. Wirgha,
artinya kemampuan untuk memisahkan setiap permasalahan atau persoalan serta
dapat mempertahankan hubungan baik.
c. Wibawa,
artinya memiliki kewibawaan.
d. Winarya,
artinya cakap memimpin.
e. Gascarya,
artinya kemampuan untuk menghadapi lawan yang kuat.
f. Stanha,
artinya menjaga hubungan baik.
2) Catur
Kotamaning Nrpati
Kitab Tata
Nagara Majapahit, karya Prof. M. Yamin dalam parwa III, menyebutkan ada “empat
sifat utama” yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin (swamin, raja). Keempat
sifat utama itu disebut dengan istilah Catur Kotamaning Nrpati yang terdiri
sebagai berikut.
a. Jnana
Wisesa Sudha, artinya pemimpin atau swamin hendaknya memiliki pengetahuan yang
luhur dan suci. Maksudnya adalah seorang pemimpin harus mengerti dan menghayati
ajaran-ajaran agama.
b. Kaprahitaning
Praja, artinya seorang pemimpin harus mampu menunjukkan belas kasihan kepada
masyarakat. Maksudnya adalah seseorang harus dengan betul-betul menolong
masyarakat yang menderita dengan perbuatan nyata, baik bersifat jasmaniah
(material) maupun yang bersifat moral (rohaniah) yang ideal.
c. Kawiryan,
artinya seorang pemimpin harus berwatak pemberani atau pantang menyerah.
Maksudnya adalah untuk menegakkan pengetahuan yang suci dan menolong rakyat
yang menderita harus dilakasanakan dengan penuh keberanian, karena
melakasanakan pengetahuan yang suci dan membela masyarakat yang menderita akan
penuh dengan tantangan dan resiko.
d. Wibawa,
artinya seorang pemimpin atau swamin harus berwibawa terhadapa bawahan dan
masyarakatnya. Seorang pemimpin akan berwibawa bila melakasanakan pengetahuan
suci dan membela kepentingan masyarakat yang menderita dan memilki keberanian.
3) Tri
Upaya Sandhi
Lontar Raja Pati
Gundala menyebutkan bahwa seorang pemimpin atau swamin harus memilki 3 upaya
untuk menghubungkan dirinya dengan masyarakat yang dipimpinnya, yang disebut
dengan istilah Tri Upaya Sandhi yang terdiri dari sebagai berikut :
a. Rupa,
artinya seorang pemimpin harus mengamati wajah dari masyarakatnya, karena roman
muka dari masyarakatnya dapat memberikan gambaran tentang keadaan batin yang
sesungguhnya. Wajah akan menggambarkan apakah rakyatnya itu sedang dalam
keadaan susah atau bahagia.
b. Wangsa,
artinya suku atau bangsa. Seorang pemimpin harus mengetahui susunan masyarakat
yang dipimpinnya. Dengan pengetahuan tersebut seorang pemimpin dspat menentukan
sistem pendekatan atau motivasi yang harus dilakukan untuk masyarakat tersebut.
c. Guna,
artinya seorang pemimpin harus mengetahui tingkat pengertian dan pengetahuan
serta keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat yang dipimpinnya.
4) Asta Brata
Dalam kitab Ramayana, Sri Rama mengajarkan kepada Gunawan
Wibhisana tentang kepemimpinan yang disebut dengan nama Asta Brata. Gunawan
Wibhisana merupakan pemimpin yang dipersiapkan untuk memimpin kerajaan
Alengkapura. Asta Brata merupakan delapan landasan mental / moral bagi seorang
pemimpin. Ajaran ini juga termuat dalam kitab hukum hindu yang disebut dengan
Manawa Dharmasastra. Adapun bagian-bagian dari Asta Brata sebagai
berikut:
a. Indra Brata, artinya seorang pemimpin hendaknya
mengikuti sifat-sifat Dewa Indra, yaitu sebagai dewa hujan. Hujan merupakan
sumber kemakmuran, karena tanpa hujan tumbuhan dan makhluk hidup lainya tidak
dapat hidup. Seorang pemimpin hendaknya seperti air yakni berasal dari bawah
terus menguap dan turu kembali menjadi hujan untuk menghidupkan segala isi alam
ini. Maksudnya adalah bahwa seorang pemimpin yang pada mulanya berasal dari
manusia biasa, setelah terangkat menjadi pemimpin hendaknya tidak lupa kepada
masyarakat yang dipimpinya.
b. Yama Brata, artinya pemimpin hendaknya mengikuti
sifat-sifat Dewa Yama yaitu menciptakan hukum, menegakkan hukum, dan memberikan
hukuman secara adil kepada setiap orang yang bersalah.
c. Surya Brata, artinya seorang pemimpin hendaknya
memberikan penerangan secara adil dan merata kepada masyarakatnya dan selalu
berhati-hati, seperti matahari yang sangat berhati-hati menyerap air. Surya
Brata juga dapat diartikan bahwa seorang pemimpin harus selalu berusaha
meningkatkan semangat perjuangan hidup seluruh masyarakatnya.
d. Candra Brata, artinya seorang pemimpin hendaknya
selalu dapat menunjukkan wajah yang tenang dan berseri-seri, sehingga
masyarakat yakin akan kebesaran jiwa dari pemimpinnya.
e. Bayu Brata, artinya seorang pemimpin hendakanya
selalu mengetahui dan memnyelidiki keadaan yang sebenarnya, terutama keadaan
masyarakat yang hidupnya paling menderita. Sifat pemimpin ini digambarkan
bagaikan Sang Hyang Bayu, yaitu Dewa Angin yang selalu berhembus dari tekanan
yang tinggi menuju pada tekanan yang lebih rendah.
f. Danadha (Kwera) Brata, artinya seorang pemimpin harus
bijaksana dalam mempergunakan uang atau dana, jangan menjadi pemboros yang
dapat merugikan negara dan masyarakat. Danadha Brata juga disebut Artha Brata :
Artinya seorang pemimpin harus mampu mempergunakan uang sehemat mungkin.
g. Baruna Brata, artinya seorang pemimpin hendaknya
dapat membersihkan segala bentuk penyakit masyarakat seperti: penggaguran, kenakalan remaja,
pencurian, dan pengacauan politik.
h. Agni Brata, artinya seorang pemimpin harus memiliki
sifat kesatria yang disertai dengan semangat yang tinggi, bagaikan api yang
tidak akan berhenti membakar sebelum apa yang dibakar itu habis.
Lontar Raja Pati Gondala
menyebutkan sepuluh macam hal yang patut dijadikan sahabat oleh seorang pemimpin
atau raja, antara lain:
1) Satya : artinya kejujuran
2) Arya : artinya orang besar
3) Dharma : artinya kebajikan
4) Asurya : artinya orang yang dapat
mengalahkan musuh
5) Mantri : artinya orang yang dapat
mengalahkan kesusahan
6) Salyatawan : artinya orang yang banyak
sahabatnya
7) Bali : artinya orang ynag kuat
dan sakti
8) Kaparamarthan : artinya kerohanian
9) Kadiran : artinya orang yang tetap
pendirian
10) Guna : artinya orang yang banyak
ilmu / pandai
Demikianlah beberapa sifat
utama yang menjadi kewajiban seorang pemimpin masyarakat untuk dikuasainya.
Ajaran ini harus dipelajari, diamalkan, dimusyawarahkan, dan juga ditiru untuk
diterapkan dalam kepemimpinannya. Setiap pemimpin hendaknya dapat melaksanakan
tugas-tugasnya sesuai dengan wewenangnya. Guna dapat memimpin masyarakat,
bangsa dan negaranya. Para pemimpin negara yang memiliki sifat-sifat tersebut,
akan dapat melakasanakan tugas dan wewenagnya sebagai pemimpin.
Untuk lebih lengkap silakan download disini.
0 komentar:
Tell us what you're thinking... !