Latest Archive :
Home » » Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan Pembelajaran

Written By Ferryxz on Rabu, 20 Juni 2012 | 02.48




2.1.      Hakikat Belajar dan Pembelajaran
A      Hakikat Belajar
Belajar, pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir sampai akhir hayat.
Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun bagi masyarakat. Bagi individu, kemampuan untuk belajar secara terus akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar mempunyai peran yang penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi ( Bell-Gredler, 1986).
Pengertian belajar itu cukup luas dan tidak hanya sebagai kegiatan di bangku sekolah saja. Bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya.
Dengan demikian, belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan perubahan-perubahan tersebut, tentunya si pelaku juga akan terbantu dalam memecahkan permasalahan hidup dan bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya


B       Hakikat Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar peserta didik.

2.2.      Pengertian Belajar dan Pembelajaran
A      Pengertian Belajar
         Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologi belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Di sini, usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002).
         Menurut Sudjana (1989), “Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu”. Witherington (1952) menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”. Moh. Surya (1997) menyebutkan bahwa “Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
         Crow & Crow  (1958) menyebutkan bahwa “Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”. Hilgard (1962) menyebutkan bahwa “Belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”. Di Vesta dan Thompson (1970) menyebutkan bahwa “Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”. Gage & Berliner menyebutkan bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman
         Beberapa hal yang berkaitan dengan pengertian belajar yaitu belajar suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya. Menurut Gagne dan Briggs (1988), perubahan tingkah laku dalam proses belajar menghasilkan aspek perubahan seperti kemampuan membedakan, konsep kongkrit, konsep terdefinisi, nilai, nilai/aturan tingkat tinggi, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan motorik.
         Proses belajar terjadi apabila individu dihadapkan pada situasi di mana ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan cara biasa, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan yang mengganggu kegiatan-kegiatan yang diinginkan. Proses penyesuain diri mengatasi rintangan terjadi secara tidak sadar, tanpa pemikiran yang banyak terhadap apa yang dilakukan. Dalam hal ini pelajar mencoba melakukan kebiasaan atau tingkah laku yang telah terbentuk hingga ia mencapai respon yang memuaskan.
         Jadi belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang berkesinambungan antara berbagai unsur dan berlangsung seumur hidup yang didorong oleh berbagai aspek seperti motivasi, emosional, sikap dan yang lainnya dan pada akhirnya menghasilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.

B       Pengertian Pembelajaran
         Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan  proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
         Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
         Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep tersebut dapat dipandang sebagi suatu sistem. sehingga dalam sistem belajar ini terdapat komponen-komponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Davis (l974), mengungkapkan bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan, dan prosedur yang mengatur interaksi perilaku pembelajaran untuk mencapai tujuan sedangkan dalam system teaching sistem, komponen perencanaan mengajar, bahan ajar, tujuan, materi dan metode, serta penilaian dan langkah mengajar akan berhubungan dengan aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.


2.3.      Tujuan Belajar dan Pembelajaran
A      Tujuan Belajar
         Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar. Tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran. Tujuan pembelajaran (instructional goals) dan tujuan belajar (learning objectives) berbeda, namun berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya.

Komponen Tujuan Belajar
         Tujuan belajar terdiri dan tiga komponen, ialah : (1). Tingkah laku terminal, (2). Kondisi-kondisi tes, (3). Standar (ukuran) perilaku.
         Tingkah laku terminal. Tingkah laku terminal adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar. Tingkah laku itu merupakan bagian dari tujuan yang menunjuk pada hasil yang diharapkan dalam belajar, apa yang dapat dikerjakan/dilaku­kan oleh siswa untuk menunjukkan bahwa dia telah mencapai tujuan. Tingkah laku ini dapat diterima sebagai bukti, bahwa siswa telah belajar. Tingkah laku (behavior) adalah perilaku (performance) yang dapat diamati atau direkam.
         Tingkah laku terminal harus dirumuskan dengan menggunakan kata kerja, misalnya memilih, mengukur yang menunjukkan suatu tindakan yang dapat diamati dan dicatat. Dengan menggunakan kata kerja itu, guru dapat mengkomunikasikan hal-hal yang diharapkan dilakukan oleh siswa. Namun ada juga kata kerja yang dinilai kurang bermakna karena samar-samar, misalnya : memahami, menghargai, mengetahui, dan sebagainya.  Penggunaan kata kerja yang samar-samar sebagaimana sering dirumuskan dalam tujuan pembelajaran ternyata sulit diukur dan diamati. Karena itu, tujuan-tujuan hendaknya dirumuskan dalam bentuk tujuan tingkah laku (behavioral objectives) supaya dapat diamati dan diukur tingkat ketercapaiannya.
         Kondisi-kondisi Tes. Komponen kondisi tes tujuan belajar me­nentukan situasi di mana siswa dituntut untuk mempertunjukkan ting­kah laku terminal. Kondisi-kondisi tersebut perlu disiapkan oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ujian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Peristiwa ini terjadi karena kelalaian guru yang tidak memiliki konsep yang jelas tentang cara menilai hasil belajar siswa sebelum dia melaksanakan pembelajaran.
         Ada tiga jenis kondisi yang dapat mempengaruhi perilaku pada suatu tes. Pertama, alat dan sumber yang harus digunakan oleh siswa dalam upaya mempersiapkan diri untuk menempuh suatu tes, misalnya : buku sumber, diktat, dan sebagainya. Kedua, tantangan yang disediakan terhadap siswa, misalnya pembatasan waktu untuk mengerjakan tes. Ketiga, cara menyajikan informasi, misalnya : dengan tulisan atau dengan rekaman, dan sebagainya. Tujan-tujuan belajar yang lengkap seharusnya memuat kondisi-kondisi di mana perilaku akan diuji.
         Ukuran-ukuran Perilaku. Komponen ini merupakan suatu per­nyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. Suatu ukuran menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti, bahwa siswa telah men­capai tujuan, misalnya : siswa telah dapat memecahkan suatu masalah dalam waktu 10 menit, siswa dapat melakukan prosedur kerja tertentu, dan sebagainya. Ukuran perilaku tersebut merupakan kriteria untuk mempertimbangkan keberhasilan pada tingkah laku terminal.
         Ukuran-ukuran perilaku tersebut dirumuskan dalam bentuk tingkah laku yang harus dikerjakan sebagai lambang tertentu, atau ketepatan tingkah laku, atau jumlah kesalahan, atau kedapatan melakukan tindakan, atau kesesuaiannya dengan teori tertentu.


B       Tujuan Pembelajaran
         Dalam tujuan pembelajaran yang menjadi kunci dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa dapat ditetapkan apa yan hendak dicapai dan dikembangkan dan diapresiasikan. Berdasarkan mata ajaran yang ada dalam petunjuk kurikulum dapat ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Guru sendiri adalah sumber utama tujuan bagi para siswa dan dia harus mampu menulis dan memilih tujuan pendidikan yang bermakna dan dapat diukur.
         Tujuan (goals) adalah rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya terkandung tujuan yang menjadi target pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyedia­kan pengalaman-pengalaman belajar.
         Tujuan-tujuan tersebut berguna untuk merancang keseluruhan tujuan program pembelajaran, tetapi kurang spesifik dalam upaya pelaksanaan urutan pembelajaran, karena tujuan yang dibutuhkan adalah yang jelas dan dapat diukur.
         Untuk merumuskan tujuan pembelajaran kita harus mengambil suatu rumusan tujuan dan menentukan tingkah laku siswa yang spesifik yang mengacu ke tujuan tersebut. Tingkah laku yang spesifik harus dapat diamati oleh guru yang ditunjukkan oleh siswa, misalnya mem­baca lisan, menulis karangan, untuk mengoperasionalisasikan tujuan suatu tingkah laku harus didefinisikan di mana guru dapat mengamati dan menentukan kemajuan siswa sehubungan dengan tujuan tersebut.
         Suatu tujuan pembelajaran pada dasarnya memenuhi kriteria sebagai berikut :
a.       Tujuan itu menyediakan situasi atau kondisi untuk belajar, misalnya dalam situasi bermain peran.
b.      Tujuan mendefinisikan tingkah laku siswa dalam bentuk dapat diukur dan dapat diamati.
c.       Tujuan menyatakan tingkat minimal perilaku yang dikehendaki.

Tujuan Sebagai Instrumen Pengukuran
Mager, merumuskan konsep tujuan pembelajaran yang menitik­beratkan pada tingkah laku siswa atau perbuatan (performance) se­bagai output (keluaran) pada diri siswa, yang dapat diamati. Output tersebut menjadi petunjuk, bahwa siswa telah melakukan kegiatan belajar. Pada mulanya siswa tidak dapat menunjukkan tingkah laku tertentu, setelah belajar dia dapat melakukan tingkah laku tersebut. Ini berarti, siswa telah belajar. Dengan kata lain, proses pembelajaran memberikan dampak tertentu pada tingkah laku siswa.
Tingkah laku yang dipertunjukkan akan sesuai dengan tingkah laku yang diharapkan dengan diperlukannya dasar pertimbangan berupa seperangkat ukuran (standar) atau kriteria. Berdasarkan ukuran/kriteria itu dapat dibandingkan antara tingkah laku senyatanya dengan tingkah laku yang diharapkan (yang telah dirumuskan dalam bentuk tujuan tingkah laku). Jika siswa tidak menunjukkan tingkah laku yang sesuai dengan tujuan tersebut, berarti siswa tidak melakukan perbuatan belajar, atau per­buatan belajamya kurang berhasil.
Tujuan merupakan dasar untuk mengukur hasil pembelajaran, dan juga menjadi landasan untuk menentukan isi pelajaran dan metode mengajar. Berdasarkan isi dan metode itu selanjutnya ditentukan kondisi-kondisi kegiatan pembelajaran yang terkait dengan tujuan ting­kah laku tersebut, yang disebut sebagai kondisi internal. Kegiatan­-kegiatan yang tidak terkait dengan tujuan tingkah laku disebut kondisi luar. Berdasarkan pemikiran ini, maka dianggap perlu menentukan kondisi-kondisi eksternal yang berguna untuk meyakinkan bahwa perilaku yang diperoleh benar-benar disebabkan oleh kegiatan belajar, bukan karena sebab-sebab lainnya.
Tujuan merupakan tolak ukur terhadap keberhasilan pembelajar­an. Karena itu perlu disusun suatu deskripsi tentang cara mengukur tingkah laku. Deskripsi itu disusun dalam bentuk deskripsi pengukuran tingkah laku yang dapat diukur, atau tingkah laku yang tidak dapat diamati secara langsung.
C       Pentingnya Tujuan Belajar dan Pembelajaran
         Tujuan penting dalam rangka sistem pembelajaran, yakni merupa­kan suatu komponen sistem pembelajaran yang menjadi titik tolak dalam merancang sistem yang efektif. Secara khusus, kepentingan itu terletak pada:
a.       Untuk menilai hasil pembelajaran. Pengajaran dianggap berhasil jika siswa mencapai tujuan yang telah ditentukan. Ketercapaian tujuan oleh siswa menjadi indikator keberhasilan sistem pem­belajaran.
b.      Untuk membimbing siswa belajar. Tujuan-tujuan yang dirumus­kan secara tepat berdayaguna sebagai acuan, arahan, pedoman bagi siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam hubungan ini, guru dapat merancang tindakan-tindakan tertentu untuk mengarahkan kegiatan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan tersebut.
c.       Untuk merancang sistem pembelajaran. Tujuan-tujuan itu menjadi dasar dan kriteria dalam upaya guru memilih materi pelajaran, menentukan kegiatan belajar mengajar, memilih alat dan sumber, serta merancang prosedur penilaian.
d.      Untuk melakukan komunikasi dengan guru-guru lainnya dalam meningkatkan proses pembelajaran. Berdasarkan   tujuan-tujuan itu terjadi komunikasi antara guru-guru mengenai upaya-upaya yang perlu dilakukan bersama dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tersebut.
e.       Untuk melakukan kontrol terhadap pelaksanaan dan keberhasilan program pembelajaran. Dengan tujuan-tujuan itu, guru dapat me­ngontrol hingga mana pembelajaran telah terlaksana, dan hingga mana siswa telah mencapai hal-hal yang diharapkan. Berdasarkan hasil kontrol itu dapat dilakukan upaya pemecahan kesulitan dan mengatasi masalah-masalah yang timbul sepanjang proses pembelajaran berlangsung.


2.4.      Pendekatan Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar kita mengenai istilah pendekatan mengajar, yang berarti pola atau dasar berpikir dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan (Undang, dkk, 1996 : 16).
Pendekatan pembelajaran merupakan kerangka dasar dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga dari pendekatan ini kita bisa menentukan strategi dan metode yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
Beberapa pendekatan pembelajaran yang akan diuraikan adalah sebagai berikut:
1.      Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran konstektual (contextual teaching and learning /CTL), merupakan system pendekatan pembelajaran yang bersifat holistic (menyeluruh), pembelajaran ini terdiri atas komponen yang saling terkait. Dalam pembelajaran ini minimal ada tiga prinsip, yaitu saling ketergantungan, dipersiasi dan pengorganisasian diri.
Pembelajaran "diatur oleh siswa sendiri dan pembelajaran kerja sama". Tugas guru adalah menyaiapkan jenis dan bentuk tugas yang akan dikerjakan siswa, yang sesuai dengan minat, kebutuhan, kemampuan siswa. Peran guru di sini sebagai ekspert (ahli) dan mentor. Guru sebagai ekspert karena mengusai materi dan proses pembelajaran secara professional. Dia juga mentor karena dengan pengalaman dan wawasannya yang luas mampu mengerti kebutuhan dan minat, serta kesulitan yang dihadapi siswa. (Sukmadinata, 2004, 176).
2.      Pembelajaran Mencari dan Bermakna
Ausubel dan Robinson (dim Sukmadinata, 2004: 189), mengembangkan pendekatan pembelajaran yang bertolak dari dua kontinum yang bersilangan, yaitu belajar mencari (discovery learning), belajar menerima (reception learning), belajar bermakna (meaning ful learning), dan belajar menghapal (rote learning).
Belajar bermakna adalah belajar yang menekankan arti atau makna dari bahan atau kegiatan yang diberikan bagi kepentingan siswa. Belajar mencari adalah belajar yang menekankan aktivitas suatu proses berpikir. Belajar menerima adalah kegiatan belajar yang bersifat mengikutin jalan pikiran orang lain. Belajar menghafal adalah belajar menerima tanpa atau kurang memperhatikan arti atau makna dari sesuatu yang dipelajari.
Kuadran I adalah belajar bermakna dan mencari, Kuadran II belajar mencari dan menghafal, kuadran III belajar menghafal dan menerima, dan kuadran IV belajar dari keempat kuadran ini, model belajar yang palin efektif adalah belajar yang menekankan makna dan mengaktifkan siswa (Mencari - Menerima).
3.      Pembelajaran Berbasis Pengalaman
Pembelajaran berbasis pengalaman merupakan suatu proses belajar mengajar yang berfokus atau menekankan pengalaman siswa, baik pengalaman intelektual, emosional, sosial, maupun fisik-motorik. Pembelajaran ini sesungguhnya hanya melanjutkan dan memformalkan proses kehidupan. Pengalaman-pengalaman hidup siswa tersebut sengaja dibuat dan diciptakan sehingga menjadi terencana, lebih sistematis, disadari, diarahkan, dan terbimbing.
4.      Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (kerjasama) merupakan model pembelajaran yang bertolak dari sifat dasar manusia mahluk sosial, dan diarahkan pada pada pengembangan kemampuan siswa dalam realisasi sifat dasar tersebut. Model-model dalam pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran peningkatn prestasi tim, pembelajaran permainan tim, dan pembelajaran keahliantim (Sukmadinata, 2004: 204).
5.      Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupkan suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran (Sukmadinata, 2004 : 197). Bahan ajaran ini disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembelajaran. Keterpaduan bahan ajaran berbeda-beda, mulai dari hubungan terbatas ,hubungan luas, sampai dengan keterpaduan penuh. Tema yang diberikan bisa satu mata pelajaran, gak luas, yaitu tema yang mencakup beberapa mata pelajaran, atau sangat luas yang mencakup semua mata pelajaran.
Melalui pendekatan pembelajaran terpadu ini diharapkan siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh dan pembelajaran menjadi bermakna. Bermakna dalam arti siswa dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep. Siswa aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran untukpembutan keputusan, karena pengalaman belajar siswa menempati posisi penting





Share this article :

0 komentar:

Tell us what you're thinking... !

 
Copyright © 2013. Ferryxz Yamato II - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger